WAYKANAN, iNewsWayKanan.id- Cerita tentang mahasiswa KKN dari Universitas Lampung (Unila) yang mencoba telusuri tentang sejarah kampung tuha Banjar Masin yang dimana kampung tersebut menjadi tempat kuliah kerja nyata (KKN) yang sedang mereka ikuti.
Kampung Banjar Masin sendiri tepat berada di Kecamatan Baradatu, Kabupaten Way Kanan, yang dimana kampung tersebut sering disebut Tiyuh Tuha yang dimana banyak cerita cerita menarik yang menarik untuk ditelusuri.
Cerita kali ini datang dari mahasiswa KKN Universitas Lampung (Unila) priode 2024 yang berjumlah 7 mahasiswa dari berbagai jurusan. Mereka mencoba untuk telusuri untuk mengetahui dan menggali sejarah yang diyakini oleh warga setempat dikampung mereka tempat mengabdi KKN.
Kordinator Desa (Kordes) Kampung Banjar Masin Altha mengatakan, upaya untuk menelusuri tentang sejarah kampung tempat kuliah kerja nyata (KKN) yang sedang mereka jalani saat ini untuk menggali sejarah yang ada, yang dimana kampung Banjar Masin dikenal ada cerita menarik yang mana terdapat makam keramat dan harta karun didasar sungai.
"Kami baru-baru ini melakukan perjalanan yang cukup menginpirasi untuk kami, perjalanan ini juga baru buat kami untuk menambah wawasan bagi kami, ternyata kampung yang sedang kami tinggali untuk KKN ini dikenal dengan sejumlah peninggalan bersejarah yang jarang terjamah oleh pandangan modern," ujarnya saat memberikan keterangan Selasa (24/01/2024.
Altha bercerita bermula kelompok KKN nya mengetahui tentang adanya cerita adanya harta karun didasar sungai dan adanya makam keramat saat kelompok nya akan membuat profile kampung dan dimana salah satu RT kampung Banjar Masin bercerita tentang adanya peninggalan sejarah tersebut.
"Waktu Itu salah satu RT tepatnya RT 02 pak Kemis namanya bercerita kepada kami, beliau mengatakan terdapat harta karun disungai dan makam keramat sehingga kami antusias ingin mengetahui cerita yang Ada dikampung Banjar Masin ini," ucapnya.
Altha pun mengatakan, ia dan anggota kelompok nya diarahkan untuk bersilaturahmi dikediaman salah satu tokoh masyarakat yang bernama pak Muhi yang mana menurut cerita makam keramat tersebut milik Syeh Ali Akbar yang pernah tinggal dirumah nya sering disebut Nua Benawa.
"Jadi setelah kami mengetahui kami langsung melakukan silaturahmi ke Nua Benawa tempat pak Muhi, kebetulan rumah beliau tidak jauh dari posko kami, setelah bertemu beliau kami pun melakukan pembicaraan dan menanyakan prihal untuk menggali informasi tentang cerita harta karun disungai dan makam keramat," ucapnya.
Altha mengatakan, tanpa banyak melakukan pembicaraan kami langsung diajak untuk melihat langsung makam keramat dan tempat harta karun disungai yang sering dicari oleh warga.
"Jadi kami langsung diajak silaturahmi berziarah kemakam yang dikeramatkan, yang mana makam yang dikeramatkan tersebut masih satu pemakaman dengan Alm Kakek Neneknya yang tidak jauh dari kediaman nya yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki, jadi sepanjang jalan bercerita tentang adanya makam keramat dan harta karun didasar sungai, makam yang dikeramatkan tersebut adalah seorang Syeh yang bernama Syeh Ali Akbar, yang menyebarkan agama islam dan mengajar mengaji, yang pernah tinggal dirumah nya pak Muhi, dan untuk cerita harta karun didasar sungai itu cerita beliau adalah harta milik warga jaman dulu berupa emas milik yang tinggal dipesisir sungai, sehingga emas yang terdapat disungai pun emas yang berupa anting, kalung, dan uang yang logam jaman dahulu, jadi kami bukan lah orang pertama yang berkunjung kemakam yang dikeramatkan ini, banyak warga lokak dan luar daerah sering berkunjung atau berziarah kemakam yang dikeramatkan ini," ceritanya.
Altha kembali bercerita, sesampainya dimakam terdapat beberapa makam milik keluarga pak Muhi dan salah satunya makam Syeh Ali Akbar yang mana pada makam Syeh Ali Akbar dikekelingi kain berwarna putin yang menutupi seluruh makam.
"Jadi saat sampai dimakam, disitu ada beberapa makam, tapi ada salah satu makam yang cukup besar dibawah pohon yang cukup besar yang diselimuti kain berwana putih, setelah beberapa waktu kami pun berpindah untuk melihat harta karun didasar sungai yang tidak jauh dari makam yang sering dicari oleh warga, namun sayang kami tidak menemukan warga yang biasa menyelam disungai mencari harta karun karena kami datangnya siang sehingga kami pun langsung pulang," ujarnya.
Altha pun menjelaskan, tujuan untuk menelusuri tentang sejarah kampung ini adalah untuk mengenal warisan budaya yang diyakini oleh warga dan untuk memahami juga akar-akar perkembangan masyarakat. Karena kami ini mahasiswa KKN harus Ikut berperan dan memberikan kontribusi positif dalam bentuk pelestarian dan dokumentasi sejarah dan juga untuk membangun hubungan agar lebih erat dengan masyarakat kampung terhadap kami.
"Cerita penelusuran kami kali ini akan kami muat diprofile kampung, dengan harapan bahwa cerita dari sejarah masa lalu itu akan terus diperjuangkan dan dilestarikan, agar dapat menginspirasi bagi generasi milenial seperti kami, untuk terlibat dalam menjaga dan memahami akar-akar budaya," pungkasnya.
Editor : Yuswantoro
Artikel Terkait