JAKARTA, iNewsWayKanan.id - Menjadi jembatan bagi Danil Yunanda Widul Rahmat Pemuda LDII asal Bone, Sulawesi Selatan, karena mengenal serta mempelajari Bahasa Jerman sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) meraih program Freiwilliges Soziales Jahr (FSJ). Program tersebut merupakan program kerja sosial yang ditawarkan oleh Pemerintah Jerman.
“Alhamdulillah berhasil terpilih pada program FSJ, setelah dua kali gagal dalam interview pada tahun sebelumnya. Tentunya ini dapat menjadi batu loncatan untuk saya dalam mengembang karir di negara yang terletak pada bagian Eropa Barat,” ujar Danil, dikutip dari ldii.or.id.
Ia melanjutkan program yang ditawarkan oleh pemerintah Jerman adalah menjadi relawan atau pekerja sosial selama kurang lebih satu tahun. Ia kemudian ditugaskan di lembaga atau yayasan yang diakui oleh pemerintah pusat atau daerah dengan didanai penuh oleh pemerintah Jerman.
“Sebagai penerima program FSJ, semua biaya hidup selama di Jerman ditanggung oleh Pemerintah negara tersebut. Dalam program FSJ ini, saya ditempatkan di salah satu yayasan sosial yang berada di kota Würzburg, yakni Verein für Menschen mit Körper- und Mehrfachbehinderung e.V.,” lanjutnya.
Pria yang juga merupakan seorang mubaligh atau juru dakwah LDII tersebut rupanya pernah mengenyam pendidikan di Malaysia. Ia bercerita persiapannya dalam mengikuti program FSJ. “Salah satu persyaratan admnistrasi dalam program FSJ ini harus memiliki sertifikat Bahasa Jerman. Untuk itu, saya mulai mendalami bahasa Jerman di sela-sela jadwal ngajar ngaji hingga mencapai level B1 dalam ujian Bahasa Jerman. Selanjutnya melampirkan curriculum vitae dan motivation letter yang sudah dibuat,” kata Danil.
Menurutnya, Jerman itu termasuk negara yang terbuka terhadap pendatang baru atau warga asing. “Selain itu pendidikan, budaya dan etos kerjanya juga bagus, seperti mampu memanajemen serta menghargai waktu. Kemudian bekerja secara tim, dan sebagainya,” imbuhnya.
Saat ini, Danil telah hampir tiga bulan tinggal di negara Jerman dan tergabung dalam komunitas AMDACH (Association Muslim in Deutschland Österreich Schweiz). Ia menuturkan tinggal di negara dengan minoritas muslim merupakan sebuah tantangan tersendiri. Apalagi mengenai waktu sholat.
“Namun begitu, saya bersyukur masih diberi kelancaran oleh Allah SWT untuk tetap beribadah serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar,” ujar Danil.
Sebagai generasi muda LDII yang mendapat kesempatan untuk merantau ke Jerman, Danil berharap mampu menjadi inspirasi bagi generasi muda LDII lainnya. Ia juga berpesan kepada generasi muda agar dapat memanfaatkan waktu dengan bijak.
“Jika kita punya impian, maka kita harus mengusahakannya sesuai kemampuan kita, apalagi yang ingin belajar dan berkarir di luar negeri, harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Menurutnya, hal terpenting dalam mengejar impian, adalah menyeimbangkan antara ilmu dunia dan ilmu keagamaan. “Seimbangkan ilmu agama dan dunianya, juga selalu meningkatkan networking. Selalu berdoa dan berusaha sebab hanya Allah SWT yang maha tahu, sehingga kita tidak akan pernah ragu dengan keputusan kita,” tutup Danil.
Editor : Yuswantoro