Senada dengan KH Chriswanto, akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Atus Syahbudin mengungkapkan, pemicu bencana hidrometeorologi adalah aktivitas dan jumlah manusia yang terus meningkat. “Serta abainya upaya pelestarian lingkungan hidup,” katanya.
Akibatnya, menurut Atus yang juga Ketua DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, luasan hutan di Indonesia semakin berkurang. “Sementara itu, laju pembangunan dan pengusahaan sumber daya mineral terus meningkat. Sehingga, cenderung merusak ekosistem dan membuat alam semakin melemah,” urai Atus.
Melihat fenomena tersebut, maka langkah mitigasi bencana mutlak dilakukan. Menurut Atus, mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, “Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mendorong berbagai aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ujar Atus.
Editor : Yuswantoro