"Mari lihat realitas di lapangan, hampir semua warga pendatang yang kemudian tinggal menetap, berkeluarga beranak pinak di Lampung, hidup nyaman dengan tetap memakai bahasa asal daerahnya masing masing. Orang Palembang tinggal di Lampung tetap dia bicara memakai bahasa Palembang, saudara kita yang dari tanah Batak tetap dengan fasih menggunakan bahasa Batak ya, yang dari Jawa, Sunda, Padang, dan Bali begitu juga. Giliran kita orang Lampung baru sehari dua hari tinggal di Palembang, udah ikut-ikutan pakai bahasa Palembang, nak kemano, berapo, Idak Katik dll," tambahnya dengan mimik serius.
Bagi Wakil Bupati - Bupati Way Kanan Periode 2005-2015, ini adalah kondisi yang memprihatinkan dan harusnya menjadi tamparan keras bagi para pemangku kebijakan. “Lampung ini bagian dari NKRI, maka yang memiliki otoritas dalam hal ini adalah pemerintah, dan representasi pemerintah adalah pemimpin, mulai dari presiden, gubernur, bupati, walikota hingga jajaran terbawah pemimpin tiyuh/kampung/desa harus punya konsen dan komitmen yang sungguh dan nyata, begitu juga seluruh pihak yang kompeten dan masyarakat," imbuhnya.
"Para pemimpin punya tugas membuat kebijakan dan menerapkannya. Pemerintah harus hadir dan mau melakukan intervensi agar kebudayaan Lampung teristimewa wabil khusus bahasa Lampung bisa terselamatkan dan harus terus bisa dikembangkan,” tambahnya lagi.
Si Belang, (begitu juluk yang diberikan sang Paman kepada Bustami) memberikan apresiasi tinggi atas upaya Unila untuk terus membangun Bahasa Lampung melalui Program Studi Bahasa Lampung, bahkan sudah sampai pada program pasca sarjana (S2) Bahasa Lampung.
" Ini terobosan luar biasa. Namun demikian, Unila tidak bisa sendiri mesti mendapat suport dan lebih dari para pihak. Pelestarian dan pengembangan Bahasa Lampung harus dilakukan secara holistik dan komprehensif. Karena kita tak bisa menutup mata, anak anak kita di Lampung betul mengenal dan bisa membaca huruf Lampung, tapi sangat sedikit yang bisa berbahasa Lampung," katanya.
Merespon ujaran dari para nara sumber, Fauzi Subing (Gelar Raja Penutup) sebagai ketua pelaksana kegiatan merasa bersyukur acara 27an bisa terus berjalan dan semakin membaik.
Editor : Yuswantoro
Artikel Terkait