Cinta Pada Lampung Berawal dari Gedung Batin

Dian Radiata bersama rekan-rekan travel blogger berfoto bersama di beranda rumah tua. (Foto: Dok. Pribadi Dian Radiata)
Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit atau 22 km dari Blambangan Umpu, ibukota Kabupaten Way Kanan, akhirnya sampai juga di Gedung Batin. Jalan yang kami lewati sudah cukup baik. Baru setelah memasuki Desa Gedung Batin kami melewati jalanan berbatu dengan pohon-pohon karet yang berbaris rapi di sisi kanan dan kiri jalan.
Sebuah Tugu Pencanangan Kampung Wisata Lestari Gedung Batin berdiri tegak di sebuah persimpangan jalan. Seolah memang dipersiapkan untuk menyambut siapa pun yang bertandang ke kampung ini. Pada tugu tersebut terdapat sebuah prasasti yang terbuat dari fosil kayu. Prasasti itu ditandatangani oleh Sekjen Kebudayaan dan Pariwisata, Dr. Sapta Nirwandar.
Selamat Datang di Gedung Batin
Jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu yang saya rasakan sewaktu berada di kampung yang di dalamnya berdiri rumah-rumah panggung khas Lampung yang usianya mencapai ratusan tahun ini. Rumah-rumah panggung itu hingga kini masih terlihat kokoh. Kayu mampang dan kayu tembesu yang menjadi material utamanya terbukti mampu bertahan hingga ratusan tahun. Kayu-kayu itu dibiarkan seperti warna aslinya. Sehingga warna rumah di kampung ini terlihat seragam. Tak perlu polesan berlebih. Kampung ini justru terlihat bersahaja dalam balutan kesederhanaannya.
Ibu-ibu yang mengobrol di kolong rumah, serta bocah-bocah yang asik bermain dan berlarian di jalan kampung yang lengang, membuat suasana kampung ini jadi lebih hidup. Saya suka suasana seperti ini.
Kami menuju rumah salah satu warga. Menurut pemiliknya, rumah itu sudah berusia 370 tahun. Wow! Baru sampai di berandanya saja saya sudah dibuat takjub. Berandanya luas banget! Kami dipersilakan untuk melihat-lihat bagian dalam rumahnya. Saya hanya bisa berdecak kagum. Ternyata perabotan di dalam rumah seperti kursi dan lemari pun sama tuanya dengan rumah itu sendiri. Ada juga cangkir-cangkir kuningan, dan peralatan untuk menginang yang sudah berumur ratusan tahun. Engsel jendelanya juga unik dan kuno. Engsel tersebut buatan Inggris. Sekilas bentuknya mirip dengan ujung tombak.
Editor : A. Natalis Sapta Aji