Menikmati beberapa menit sapuan mata ke segala penjuru diantara kedip mata dan kacamata yang harus dikeringkan berulang kali, satu kelebihan nyata yang dimiliki oleh Putri Malu adalah potongan-potongan batu yang tampak bertumpuk satu sama lain di bagian puncaknya. Untuk air terjunnya sendiri sih tidak terlalu lebar. Air jatuh langsung tanpa hambatan dan tidak terhalang oleh batu maupun tanaman di bagian belakarangnya.
Warna batu yang berlapis-lapis itu juga jadi salah satu kelebihan Putri Malu. Tampak seperti granit yang dibungkus oleh tanaman atau mungkin rumput yang menempel dan tumbuh di sana sini. Sayang jarak dan kemampuan pandangan mata terhalangi oleh air hujan. Apalagi dengan ketinggian yang luar biasa, tanpa menggunakan teropong, keliatannya nyaris tidak mungkin mengamati lapisan atas yang tampak indah tak terhingga. Mendadak terbayang drone. Seandainya saat itu ada yang punya dan bawa. Pasti keren nih memotret batu-batu dan rimbunnya tanaman di atas.
"Harusnya datang lebih pagi Buk. Kalo la waktu dzuhur memang sering hujan di sini. Jadi idak pacak nian jingok bagian pucuknyo" tiba-tiba seorang biker yang duduk di samping saya berteduh memecah lamunan. Waahh musti paranormal nih orang. Tauk aja apa sedang tak pikirin. Saya membalas dengan anggukkan yang entah untuk apa.
Selesai mengagumi postur tinggi menjulang si Putri Malu, mendadak saya mendengar bunyi gemuruh dalam jarak dekat. Tadinya tak pikir ada batu besar menggelundung. Tapi ternyata bunyi perut saya. Beberapa biker yang berada di dekat saya pun terkekeh-kekeh. Ya ampun, dolby-stereo gendang perut saya keras bener yak. Makjang, sudah jam 2 siang ternyata. Dan naga-naga di lambung memang belum dikasih makan.
Melirik sekitar, saya melihat tim Wisata Way Kanan sibuk mengedarkan nasi terbungkus daun pisang, dan lauk ikan mas bumbu kuning yang dimasak/dibakar di dalam sebuah bambu. Nasinya dikenal dengan nama Nasi Ibat. Sementara lauk ikan yang meluncur dari dalam bambu itu disebut Gulai Dalam Buloh. Tak menghiraukan bonus air hujan yang meramaikan nasi yang sudah ngumpul di piring plastik, kami makan dengan lahapnya. Jarang-jarang loh bisa makan begini.
Nasi Ibat disajikan saat berkunjung ke Air Terjun Putri Malu. (Foto: dok. Annie Nugraha)
Gulai dalam Buloh sebagai penyempurna sajian di Air Terjun Putri Malu. (Foto: dok. Annie Nugraha)
Selesai menyantap sepiring penuh nasi dengan gulai kepala ikan mas yang enaknya badai (apa sih yang gak enak untuk saya?), teman-teman mengulurkan kopi yang juga dibuat di dalam bambu. Episode penutup yang menyempurnakan perut yang mendadak kekenyangan.
Ketiga kekayaan kuliner khas Banjit, yang diolah secara tradisional ini, benar-benar sudah meninggalkan satu catatan lagi yang wajib ditawarkan kepada para wisatawan yang berkunjung ke Putri Malu. Paket petualangan bukan hanya muncul dari menaiki motor trail, tapi juga dari keunikan sajian kuliner yang tidak sama dengan daerah lain. Inipun bisa banget dikombinasikan dengan jelajah kebun kopi dan kebun teh, serta kesempatan untuk melihat langsung pengelolaan kopi di desa ini. Wisata petualangan dilengkapi dengan wisata edukasi, dan tentu saja wisata alam.
Editor : A. Natalis Sapta Aji